Tuesday, December 28, 2010

Yaoi Fandom: Reading Yaoi Comics "An Analysis of Korean Girls 'fandom' by Sueen Noh

Malam-malam hujan ngga ada kerjaan, akhirnya mulai membuka artikel-artikel yang membahas tentang salah satu bahasan penelitian jayapoken, yaitu Yaoi. Dalam artikel yang berjudul Reading Yaoi: An Analysis of Korean Girls 'Fandom' oleh Suen Noh mendapat beberapa penegasan atas asumsi-asumsi yang ada tentang manga bergenre yaoi.
Untuk perkenalan singkat saja manga bergenre yaoi adalah salah satu sub kategori shojo manga yang menceritakan percintaan antar cowok-cowok ganteng dan manis. Dengan kata lain, shojo manga tapi tokohnya saja beda, yaitu antara dua orang laki-laki.
Dalam artikelnya, Sueen Noh memaparkan penelitiannya tentang fandom yaoi di kalangan pembaca perempuan. Sueen menggunakan metodologi Etnographic Interviewing dimana si peneliti terlibat langsung di dalam kehidupan narasumbernya. Awalnya Sueen mengadakan penelitian awal dengan mengadakan kajian literatur seperti artikel-artikel dan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan yaoi. lalu dia juga meneliti online forum yaoi sampai akhirnya berhasil mendapatkan 10 narasumber yang bersedia di interview melalui online.
Dalam penelitian ada beberapa poin yang penting, antara lain:
1. Perbedaan antara homosexuality dan homosexual
seperti yang dikutip dalam artikelnya "Interviewees obviously distinguish Yaoi from homosexuality: homosexuality is simply their fantasy, whereas it is an action and a reality for actual homosexual".
dengan kata lain, bagi para fans Yaoi homosexuality adalah khayalan atau fantasi mereka tentang bagaimana sebuah hubungan percintaan, sedangkan homosexual merupakan fenomena yang ada di dalam kehidupan nyata. Bagi perempuan Korea Yaoi berbeda dengan male homosexuality, bagi mereka Yaoi adalah; 1) male homosexuality as simply the subject matter of comics; b) the sexual pleasure of women; 3) female genre and culture. "in conclusion, Yaoi is a genre for women, by women, and of women, which is illuminated by the "female gaze". Interpretasi saya terhadap istilah "female gaze" disini, adalah bagaimana perempuan memandang hubungan antara pria, bagaimana si pria menjadi objek maupun subjek dari sebuah cerita atau kondisi, dimana perempuan mempunyai kepuasan tersendiri meliat pria "terobjekkan"
2. Alasan para perempuan menyukai (dibaca membaca) yaoi
Ketika Sueen menanyakan alasan mereka membaca yaoi, para narasumber langsung menjawab "because it is very interesting" or "because reading it gives me pleasure"
yang menarik dari jawaban mereka .......it give me pleasure" nah, "pleasure" yang seperti apa yang mereka dapatkan, dari semua jawaban disimpulkan ada dua macam "pleasure" yaitu; pleasure of voyeurism and subversion.
Pleasure of voyeurism secara sederhana adalah kepuasan yang didapatkan (bisa kepuasan seksual) dari melihat yang bersifat erotik atau seksual. Bagi masyarakat Korea yang sangat kuat sistem patriakatnya, perempuan korea merasa takut untuk mengekspresikan keinginan seksual secara bebas, karena kental nilai-nila konfucu di masyarakat Korea, maka Yaoi bisa menjadi media atau sarana untuk memuaskan keinginan dan kepuasan seksual mereka. Seperti dikutip dari Ogi dalam artikelnya ...."therefore, male sexuality in girls comics has been understood "as a subtitute for heterosexual relationship for women who could not face their own sexuality"
The Pleasure of Subversion, kepuasan subversif disini adalah kepuasan dari para perempuan pembaca yaoi memutarbalikan "male gaze" menjadi "female gaze". Dalam "male gaze" tokoh perempuan dalam media seperti film, komik diciptakan untuk membangkitan gairah para laki-laki, nah teori ini bisa di gunakan juga pada yaoi dimana para perempuan melihat tokoh-tokoh yaoi melalui "female gaze" mereka, disini perempuan bukan lagi objek napsu para laki-laki tapi justru para laki-laki lah yang menjadi objek. "In other words, women entertain themselves through Yaoi by becoming the active subjects of narratives, for Yaoi displays heroes as passive objects. it is the very fascination with Yaoi that allow women who have been objectified by the male gaze in mass media to instead become the subjects of gaze dominating male personae in reverse.

To be continued......