Tuesday, December 11, 2012

JAYAPOKEN DALAM ACARA NONTON BARENG SUTRADARA KEIICHI HARA (SUTRADARA FILM ANIMASI CRAYON SHIN-CHAN)

Tanggal 8 Desember 2012, Jayapoken berkesempatan hadir di dalam acara Nonton Bareng Sutradara Film Animasi Crayon Shin-chan, Keiichi Hara, yang diselenggarakan oleh Japan Foundation Indonesia. Acara ini diadakan sejak tanggal 7 Desember 2012 sampai 8 Desember 2012. Setelah nonton bareng, ada acara bincang-bincang dengan sutradara Keiichi Hara, yang khusus didatangkan oleh Japan Foundation Indonesia ke Jakarta. Nonton bareng ini diadakan di Plaza Senayan XII.  Untuk lebih jelasnya mengenai acara tersebut, silahkan mengklik link di bawah ini.


Ada dua film karya sutradara Keiichi Hara yang ditayangkan dalam acara ini yaitu :
Summer Days With Coo
河童のクゥと夏休み

Colorful
カラフル

Acara nonton bareng ini cukup banyak diminati dan dihadiri oleh anak-anak muda, khususnya mahasiswa/i. Filmnya sendiri memang bagus dan banyak mengandung kritik-kritik sosial. Terutama mengenai fenomena-fenomena sosial di Jepang seperti masalah Ijime いじめ (Bullying), polusi lingkungan, Enjoukousai 援助交際 (prostitusi di kalangan remaja), Jisatsu 自殺 (bunuh diri) liputan media yang berlebihan dan lain-lain. Selain yang tergambar langsung dalam film tersebut, banyak juga tanda-tanda yang mengandung makna-makna tersembunyi yang merepresentasikan pesan pembuat yang hendak disampaikan kepada penonton.

Pada acara bincang-bincang bersama sutradara Keiichi Hara, Jayapoken mendapat kesempatan untuk bertanya mengenai tanda-tanda yang ada di dalam film tersebut, yang dirasakan oleh Jayapoken sebagai suatu representasi makna pesan yang hendak disampaikan kepada penonton. Untuk film Summer Days with Coo (河童のクゥと夏休み), Jayapoken mencoba menanyakan beberapa pertanyaan, yaitu : tentang mengapa yang dijadikan tokoh utamanya adalah Siluman Kappa? Penggunaan musik tradisional Indonesia, yang umumnya digunakan pada adegan-adegan yang bersifat mistis. Kenapa pada akhirnya Kuu dipindahkan ke Okinawa sebagai penyelesaian masalahnya? Untuk film Colorful カラフル, Jayapoken mencoba menanyakan masalah penggunakan simbol kereta api dan stasiun di dalam film tersebut, yang notabene dimuncul di awal film dan tengah film. Kenapa Jayapoken menanyakan kereta api dan sesuatu yang berhubungannya ini, karena stasiun digunakan pada awal film yang menggambarkan adegan dalam yang terjadi di dalam dunia lain, lalu kereta api sendiri digunakan pada adegan meleburnya si tokoh utama dengan orang lain, adegan dimana tokoh utama mulai  bisa membuka hatinya kepada orang lain. Adegan tersebut juga digambarkan dengan menggunakan gambar campuran antara gambar animasi dengan gambar yang real. Karenanya Jayapoken menduga ada makna yang tersembunyi didalamnya.

Analisis mengenai film-film tersebut akan kami coba buat di bagian blog yang baru (^-^)

Pada kesempatan ini, Jayapoken juga berkesempatan untuk berfoto bersama dengan sutradara Keiichi Hara.
Ini nih fotonya (^^)b :

Terima kasih kami ucapkan pada Japan Foundation Indonesia yang telah mengadakan acara ini dan mengundang Jayapoken untuk hadir dalam acara ini. 有難う御座いました。(=^0^=)

Oh iya, pada hari itu juga kami bertemu dengan staff Kaori Nusantara. Kami juga sempat bertukarpikiran dan berdiskusi banyak mengenai budaya populer serta perkembangannya di Indonesia. Kami banyak juga belajar dari diskusi tersebut. Terima kasih Kaori Nusantara dan 頑張りましょう (^o^)/


Jazz dan Ekspresi Musik

              Musik adalah serangkaian pitch (melodi dan harmoni), irama (tempo, meter, dan artikulasi), dinamika, dan kualitas bunyi yang berupa timbre dan teksture. Kata musik berasal dari bahasa Yunani yaitu “mousike” atau “karya seni dari Muses”. Dalam mitologi Yunani, karya sastra dan puisi adalah inspirasi dari para dewi-dewi yang menciptakan karya sastra, ilmu pengetahuan, dan seni lainnya. Musik bagi manusia adalah inspirasi dari dewa-dewi dan dari inspirasi itu di-intepretasi-kan dalam medium bunyi dan suara.

              Jika kita menelusuri sejarah alat musik, 40.000 tahun yang lalu ketika masa Paleolitikum sudah ditemukan ‘flute’ atau seruling.

              Jazz adalah gaya musik original awal abad 20 oleh komunitas negro di Amerika bagian Selatan. Musik ini tercipta dari percampuran antara tradisi Afrika dan Eropa. Dalam bermusik, orang Afrika memiliki kemampuan memainkan notasi yang sendu (blue notes), improvisasi (improvisation), poliritmik (polyrhythms), sinkopasi (syncopation) dan notasi yang berayun (swung notes).[1]

              Pada awal 1910 di Amerika adalah awal perkembangan Jazz yang dimulai dengan New Orleans Jazz dan setelah itu menyebar luas ke seluruh Amerika, seperti pada tahun 1930-40an dada big band swing, Kansas City jazz, Gypsy jazz, dan bebop. Kemudian setelah tahun 1940-an, gaya musik jazz terus berkembang sampai sekarang, seperti West Coast jazz, cool jazz, avant-garde jazz, Afro-Cuban jazz, modal jazz, free jazz, Latin jazz, soul jazz, jazz fusion, jazz rock, smooth jazz, jazz-funk, punk jazz, acid jazz, ethno jazz, jazz rap, cyber jazz, Indo jazz, M-Base, nu jazz, dan urban jazz.

              Joachim Berendt, seorang jurnalis musik dari Jerman; mengatakan bahwa jazz berasal tindakan ketidakpuasan dan mendefinisikan jazz sebagai berikut :

form of art music which originated in the United States through the confrontation of blacks with European music”; “jazz differs from European music in that jazz has a “special relationship to time, defined as 'swing'”; “a spontaneity and vitality of musical production in which improvisation plays a role”; and “sonority and manner of phrasing which mirror the individuality of the performing jazz musician.”[2]

 

“Jazz adalah bentuk seni musik yang berasal dari Amerika melalui konfrontasi orang kulit hitam dengan musik Eropa. Berbeda dengan musik Eropa”; jazz memiliki keterkaitan khusus dengan waktu yang definisikan dengan swing”; “Jazz adalah permainan spontanitas dan improvisasi yang merupakan karya musik yang paling vital dalam bermusik”; dan “kesan dan ungkapan perasaan atas cerminan individualitas pemain jazz.”

           Profesor Krin Gabbard, dosen Universitas Estern Illinois dan pemain trumpet; mengatakan :

"jazz is a construct" or category that, while artificial, still is useful to designate "a number of music with enough in common to be understood as part of a coherent tradition.

(King Oliver's Creole Jazz Band, sekitar tahun 1919)


[1] Alyn Shipton, A New History of Jazz, 2nd ed., Continuum, 2007, pp. 4–5
[2] Joachim E. Berendt. The Jazz Book: From Ragtime to Fusion and Beyond. Translated by H. and B. Bredigkeit with Dan Morgenstern. 1981. Lawrence Hill Books. Page 371

Konsep Populer dalam Kajian Budaya Populer

Konsep terakhir dalam mengkaji budaya populer yang dipaparkan oleh John Storey adalah konsep Populer. Konsep populer ini juga berdasarkan penjelasan Raymond Williams dalam rangka mengkaji budaya populer. Sebagaimana konsep budaya sebelumnya, konsep populer juga mempunyai banyak makna dan interpretasi, tetapi, konsep populer yang akan dipaparkan di bawah merupakan konsep populer yang digunakan dalam mengkaji budaya populer. Adapun definisi konsep populer tersebut adalah sebagai berikut:

1. Well-liked by many people
2. Inferior kinds of work
3. Work deliberately setting out to win favor with the people
4. Culture actually made by the people for themselves

Dengan kata lain, untuk mendefinisikan budaya populer kita perlu mengkombinasikan konsep ‘budaya’, ‘ideologi’, dan ‘populer’yang ketiganya memiliki formulasi definisi sendiri-sendiri.
Berdasarkan ketiga konsep yang sudah dibahas sebelumnya definisi budaya populer dapat dipetakan sebagai berikut (Storey, 1993:6-14):
Popular culture is simply culture which is widely favored or well-liked by many people;
Popular culture is…the culture which is left over after we decided what is ‘high culture’;
Popular culture is as ‘mass culture’.
Popular culture is the culture which originates from ‘the people’.
Popular culture as a site of struggle between the forces of resistance of subordinate group
in society, and the forces of incorporation of dominant groups in society.
Popular culture in postmodern thinking 

Keenam definisi di atas diformulasikan berdasarkan dari perspektif dan metodologi yang
berbeda, tergantung dari sudut pandang mana kita ingin mengkaji budaya populer tersebut.